Sabtu, 19 Desember 2009

Kita Diajarkan oleh Mbah Surip

Sudah lebih dari satu bulan enggak nulis, kangen juga untuk mencurahkan isi kepala ini lewat tulisan. Pas kebetulan minggu ini ada berita yang cukup bikin semua orang di negeri ini tercengang, seakan enggak percaya.

Mbah Surip, alias Urip Ariyanto, pria sederhana, kelahiran Mojokerto, 05 Mei 1957 ini menjadi headline semua surat khabar dan media, malah ada stasiun TV yang menayangkan langsung. Tapi sayang sungguh sayang, beritanya semua tentang kepergiannya menghadap sang khalik secara mendadak di tengah ketenarannya yang fenomenal buah hasil lagu ciptaannya “Tak Gendong”.

Beberapa bulan sebelum kepergian beliau, semua orang menyanyikan lagu “Tak gendong”, anak-anak, ibu-ibu, di kantoran, di pasar, di parkiran bahkan beberapa pengamen di bis kota menjadikan lagu tersebut sebagai menu wajib mereka mengais rejeki demi kelangsungan hidup mereka di kejamnya hutan belantara metropolitan Jakarta.

Mbah Surip, merupakan sosok sederhana dengan rambut gimbal ala Bob Marley, tokoh legenda Musik Regae Dunia. Kemana-mana lebih suka naik sepeda motor, walaupun dari hasil kerja kerasnya telah membuahkan hasil sebuah kantor untuk manajemennya, sebuah mobil dan uang yang banyak, yang menurutnya dulu, mungkin hanya akan dirasakan dalam mimpi. Selalu tersenyum dan ramah kepada orang yang dijumpainya, dan selalu memberikan keceriaan kepada setiap orang yang ditemuinya.
Ai Lap Yu Pull (I Love You Full) dan tertawa khas dirinya HA HA HA HA… , itulah kata-kata dengan logat Suroboyo an (khas surabaya) yang selalu di perdengarkan dari mulut kakek tua ini, selalu menambah keakraban dis etiap waktu. Bahkan beberapa hari sebelum kepergiannya, kakek ini sempat menghibur pada acara kantorku, sebuah operator telekomunikasi di Indonesia. Pada acara ini banyak teman-temanku yang berhasil foto dengan beliau, ini sedikit membuktikan beliau sosok yang sangat ramah, yang mungkin tidak akan kita temui di semua artis atau selebritis di negeri ini.

GOR Bulungan, WarPres (warung Prestasi), Blok M, KPJ (Kelompok Pengamen Jalanan), Taman Ismail Marzuki, Teguh Karya, dan WS Rendra, itulah beberapa tokoh, tempat dan komunitas beliau dalam mengisi sebagian sisa hidupnya. Tapi apakah kita tahu latar belakang kakek ini sebenarnya?
Dari beberapa referensi, cukup membuat tertegun dan cukup membuat kita tidak percaya siapa sebenarnya si Embah satu ini. Mbah Surip merupakan lulusan dari Sekolah Teknik Pasna Wiyata pada 1974 dan lulus dari STM Brawijaya pada 1977. Beliau sempat melanjutkan pendidikannya ke Teknik Mesin Universitas Sunan Giri Cabang Mojokerto pada 1979. Sebelum menjadi seperti sekarang,beliau menjalani berbagai macam profesi. Mulai pekerjaan di bidang pengeboran minyak, hingga tambang berlian di luar negeri seperti Kanada, Texas, Yordania, dan California.

Wowww…. Ternyata si embah sudah melanglang buana keliling dunia sebelum terdampar di Blok-M mengadu nasib di Jakarta. Koq Bisa ya? Itulah sedikit kalimat dari orang-orang yang setelah tau sedikit tentang si embah ini. Seorang yang telah mapan sebelumnya, mau hidup di dinginnya malam Jakarta di kala hujan, panasnya terik matahari Jakarta dan kotornya debu jalanan pada saat beliau mengamen.
Dari beberapa referensi pula saya di buat terkagum. Ternyata perjalanan bermusiknya, telah ia lalui cukup lama dan tidak bisa dianggap sebelah mata. Beliau telah menelurkan beberapa album yang dimulainya sejak 1997. Beberapa albumnya antara lain, IJO ROYO-ROYO (1997), INDONESIA I (1998), REFORMASI (1998), TAK GENDONG (2003) dan BARANG BARU (2004). Lagu Tak Gendong sendiri ia ciptakan pada 1983 saat Mbah Surip masih bekerja di negerinya Barack Obama.

Akhirnya, Selasa, 4 Agustus 2009, Mbah Surip menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 10.30 wib, setelah sebelumnya sempat dilarikan ke RS Pusdikkes, Jakarta Timur. Beliau meninggal dengan status duda dan meninggalkan empat anak dan empat cucu. Jenazahnya akhirnya dimakamkan di di kawasan Bengkel Teater Rendra milik W.S Rendra , Depok, Jawa Barat untuk beristirahat selama-lamanya.

Selamat Jalan Mbah… Terima kasih atas kesederhaaan yang telah kau ajarkan kepada rakyat negeri ini….

Salam dari semua anak-anak Indonesia yang telah engkau hibur .. (termasuk anakku mbah…)

salam dari semua orang yang telah engkau beri keriangan dan keceriaan …

Salam dari Kopi Pahit dengan gelas besar dan Rokok….

Dialam sana jangan minta rokok sama malaikat ya mbahh…..

Ai Laf Yu Full Mbah.. Ha ha ha HA HA…

Wassalam

Anom PH
SC2/18
Share on :

Tidak ada komentar :

Posting Komentar